Macron Tuntut Batasi Media Sosial Anak Pasca Penusukan

Posted on

Chi boust – Sebelas Jam lalu, seorang siswa menembus keamanan sekolah dengan pisau.
Peristiwa itu terjadi di Nogent, Haute-Marne, Prancis timur.
Seorang guru asisten berusia 31 tahun mengalami luka serius.
Polisi segera menangkap pelaku berusia 14 tahun.

“Baca Juga: Wu-Tang: Rise of the Deceiver Diumumkan di SGF 2025

Macron Ancam Larang Media Sosial bagi Anak

Presiden Emmanuel Macron menilai media sosial memicu kekerasan remaja.
Ia berencana larang anak di bawah 15 tahun menggunakan platform itu.
“Jika EU gagal, Prancis akan bergerak sendiri,” ujarnya di France 2.
Macron menegaskan aturan ini mendukung keamanan sekolah dan keluarga.

Dukungan Ahli dan Contoh Global

Macron mendapat dukungan dari para psikolog dan pendidik terkemuka.
Ia menulis di X bahwa platform harus verifikasi usia pengguna.
Australia sudah terapkan larangan bagi anak di bawah 16 tahun.
Kebijakan Australia jadi tolok ukur regulasi media sosial global.

Tantangan Verifikasi Usia

Beberapa anak berhasil melewati batasan usia media sosial.
Platform besar sulit mengenali identitas tanpa dokumen resmi.
Pakar keamanan daring menilai verifikasi harus melibatkan pihak ketiga.
Solusi biometrik dan e-KTP digital dapat menjadi opsi efektif.

Langkah Berikutnya di Parlemen

Macron minta dukungan parlemen sebelum menerapkan aturan nasional.
Perdana Menteri Bayrou segera ajukan RUU ke Majelis Nasional.
RUU ini memperkuat kewajiban platform untuk lindungi anak.
Setelah disetujui, pemerintah akan awasi pelaksanaannya ketat.

“Baca Juga: Rusia Kembangkan Aplikasi Chat Bersaing WhatsApp & Telegram

Kesimpulan

Macron bergerak cepat usai penusukan brutal di sekolah.
Pembatasan medsos diharapkan menurunkan risiko kekerasan remaja.
Dengan dukungan ahli dan legislasi, Prancis siap terapkan aturan baru.
Seluruh elemen masyarakat kini menanti implementasi kebijakan ini.